Being A Mrs. – Part 2: Mengikhlaskan Peran

Kali ini aku ingin sedikit bercerita. Cerita tentang tangisan pertamaku dalam kehidupan berumah tangga bersamanya. Mungkin bukan benar-benar yang pertama –kalau kalian paham betapa mudahnya aku menitikkan air mata. Tapi setidaknya ini tangisan pertama yang kuingat karena dalamnya kesedihan saat itu.

Ceritanya baju suamiku kelunturan. Ya, kelunturan. Dari kemeja yang tadinya putih bersih menjadi berwana merah muda. Satu baju terwarnai sempurna. Depan belakang atas bawah kanan kiri. Sampai temanku yang melihatnya menyangka kemeja itu memang berwarna merah muda. Hiks. Bahkan bukan hanya bajunya saja, ada beberapa bajuku juga ikut menjadi korban. Tapi baju inilah yang kutangisi. Bukan apa-apa, pasalnya ini adalah kemeja yang dia pakai saat mengucapkan janji itu. Saat Arrasy-Nya bergetar karena ucapan janji sehidup semati yang ia tujukan untukku. Ya, itu adalah kemeja yang ia pakai saat akad nikah kami, 10 Juli yang lalu.

Mungkin bagi sebagian kalian aku berlebihan ya. Nanti dulu, masalahnya tidak sesederhana itu.

Setelah tragedi baju kelunturan itu, aku merenung semalaman dan pada akhirnya menyadari satu hal: ini adalah teguran Allah untukku.

Aku memang terbiasa memakai jasa laundry untuk semua pakaian-pakaianku –kecuali yang membutuhkan penanganan khusus. Sejak boarding school di SMA, aku memang belum terbiasa mencuci-menjemur-menyetrika sendiri. Jujur saja. Karena sejak dulu aku ini tomboy, tidak menyukai pekerjaan rumah, apalagi didukung dengan orangtuaku yang memang tidak mengizinkan aku menyetrika –karena sudah tidak terhitung baju yang kubolongi dengan setrika dan aku pernah hampir membakar rumah dengan setrika. Pada akhirnya mencuci-menjemur-menyetrika menjadi pekerjaan yang hanya kukerjakan dengan frekuensi sangat jarang.

Sampai akhirnya tragedi ini terjadi.

Padahal Allah sudah menjanjikan pahala yang sangat besar bagi istri-istri yang mencucikan pakaian keluarganya. Padahal sudah Allah berikan aku kesehatan dan kemampuan untuk bisa berbakti lebih kepada suami. Padahal kalau mau mengoptimalkan waktu dengan baik, aku pasti bisa mengalokasikan waktu untuk mengerjakan pekerjaan mengurusi pakaian kotor itu. Padahal dan padahal. Intinya aku tidak seharusnya membiarkan peluang pahala yang sangat besar itu hilang begitu saja menjadi pahala mbak-mbak laundry. Haha.

Pelajaran kedua, aku baru menyadari bahwa sebelum me-laundry semua pakaian itu, sempat terjadi pertengkaran kecil di antara kami. Suamiku, karena kami baru membeli beberapa pakaian baru –yang menjadi penyebab lunturan itu, berkata biar dia yang mencuci pakaian yang baru, karena toh paling hanya butuh direndam saja. Tidak perlu dikucek atau disikat susah payah. Tapi aku menolak. Sebenarnya saat itu sama sekali tidak ada niatku untuk membantahnya, namun nyatanya yang terjadi adalah seperti itu. Aku yang sesungguhnya hanya tidak mau dia yang mencucikan bajuku –sementara saat itu aku masih sibuk dengan tugas-tugas koasku, malah jadi melawan dan membantah perkataan suamiku.

Kemudian terjadilah tragedi ini.

Manusia memang tidak boleh berandai-andai tentang kejadian di masa lalu. Namun aku hanya ingin memetik pelajaran dari ini semua, karena mungkin seandainya waktu itu aku tidak melawan perkataan suami dan mematuhinya, kejadian itu tidak akan terjadi.
Baru saat itu aku merasakan tamparan pertama dalam misi perjalanan menjadi istri ini. Bahwa sekarang ridho Allah untukku sudah berpindah tangan kepada ridho suamiku. Aku mungkin tidak tahu apa yang ada di benaknya saat itu, tapi mungkin saja saat itu dia tidak ridho dengan aku tidak menuruti perintahnya. Jadilah teguran Allah ini datang kepadaku.

Malam itu aku terisak. Yang kuingat hanya ucapan istighfar yang terus kuulangi sepanjang malam. Yang kuingat hanya pelukan hangatnya yang terus berkata, “sudah tidak apa-apa, ini bukan salah siapa-siapa.” Sambil sesekali menggodaku, “masa perempuan kuat nangis gara-gara baju?”

ya, mungkin bagimu ini hanya sekadar tentang baju. Tapi bagiku, ini adalah tentang mengikhlaskan peranku, yang sekarang telah menjadi istrimu.

IMG_20160903_080637.jpg

Begini hasil kelunturannya :(((

Leave a comment